Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Kerajinan Kulit Kerang Mutiara Berkilau Hasilnya

PT. Caspla Bali Kerang mutiara bukan hanya diburu karena mutiaranya saja, tetapi juga cangkangnya. Kulit keras ini bisa diubah menjadi k...

PT. Caspla Bali
Kerang mutiara bukan hanya diburu karena mutiaranya saja, tetapi juga cangkangnya. Kulit keras ini bisa diubah menjadi kerajinan dan perhiasan

Tidak disangkal, keindahan mutiara sudah melegenda di seluruh dunia. Kemilau perhiasan yang konon berasal dari air mata binatang bercangkang keras yang menghuni dasar lautan itu menyihir setiap orang di segala jaman. Karena dibutuhkan perjuangan antara hidup dan mati untuk mendapatkan sebutir perhiasan mutiara menyebabkan nilainya bisa selangit. Meskipun sekarang telah dikenal budi daya jenis-jenis kerang mutiara tetapi harga di pasaran tetap tinggi dan tetap tidak semua orang cukup mampu menjangkaunya.

Hasil dari kerang laut sebetulnya bukan hanya  mutiaranya saja yang bernilai. Cangkang atau kulit kerang tetap mempunyai nilai jual tinggi. Dari waktu ke waktu harganya pun merambat naik. Dahulu harga pasaran Rp 15 ribu per kilogram namun sekarang menjadi sekitar Rp 50 ribu untuk cangkang berkualitas bagus. Memang telah sejak lama kulit keras yang mengandung kapur itu diolah dan dimanfaatkan menjadi bermacam-macam barang kerajinan serta perhiasan.

Umpamanya cangkang dibuat menjadi aneka macam sendok makan, sendok teh atau kulit kerang mutiara yang berwarna putih dijadikan pisau berbagai bentuk seperti yang dihasilkan oleh salah satu perajin PT. Caspla Bali di Nusa Penida, Bali. Selain membuat berbagai jenis barang hiasan dinding seperti bingkai foto, cermin dan lukisan dari bahan kulit kerang mutiara, mereka juga membuat banyak desain dengan mengkobinasikan bahan-bahan lain.  Jadilah perhiasan-perhiasan indah campuran kulit kerang dan perak berupa liontin, anting-anting, gelang dan sebagainya.

Kerajinan furniture seperti meja-kursi, kotak dan almari antik di tangan mereka menjadi semakin cantik setelah di tempel kulit kerang mutiara. Masih dengan unsur kayu ada pula pajangan berbentuk ornamen ikan-ikan unik bentuknya dengan sisik-sisik dari kulit kerang yang menonjol sehingga mirip aslinya. Malahan terdapat pula desain lantai dibuat dari kerang mutiara dan yang ini sangat gemari di pasar luar negeri. “Kami juga membuat kerajinan kerang mutiara yang diukir untuk symbul dewa atau symbul tuhan untuk tempel di dinding,” tambah I Putu Darmaya, Direktur PT. Caspla Bali.

Perusahan yang menampung 20 orang pekerja itu banyak mengerjakan order untuk dikirim ke luar negeri seperti ke Korea, Jepang, Perancis, Inggris, Italia, Jerman, Belanda, Kanada, dan beberapa negara di Amerika. Di samping itu Darmaya juga menjalin kerjasama dengan home industy atau kelompok-kelompok perajin lain di Bali berjumlah ratusan orang. “Karena home industry jauh lebih murah biaya produksinya dari pada produksi massal langsung,” paparnya. Disebutkan omset produksi di pabrik kurang lebih mencapai Rp 100 juta per bulan, ditambah  dari luar pabrik sekitar Rp 500 juta, sehingga total rata-rata Rp 600 juta per bulan.. “Kami juga jual ke pasar lokal seperti Semarang dan Jogya,” imbuhnya.

Menariknya apabila banyak pelaku  UKM kesulitan menembus pasaran, hal itu tidak berlaku bagi Putu. Sebab usaha yang didirikan 2002 lalu mulai merambah kantor agen pembelian dari luar negeri.  Sebelumnya Putu bekerja pada salah satu buyer asing dari Perancis 1997 hingga 2001 bertugas sebagai quality control dan export manager handling sehingga faham seluk-beluk tentang export business agent. Setelah keluar dari pekerjaan ia memutuskan untuk buat kantor agen sendiri bernama Caspla Bali.

Satu tahun mengawali usaha Putu sempat menemukan banyak kendala terutama kredit perbankan tidak dapat cair karena ijin perusahan belum ada. Ijin syah baru keluar pada  2002 dan masalah mulai terpecahkan. Akhirnya seperti dikatakan, lama-kelamaan jumlah pembeli luar negeri makin  banyak ditambah adanya rekomendasi buyer lama. Lebih-lebih sejak 2004 ia mulai mengembangkan pemasaran melalui website sehingga semakin dikenal pembeli terutama manca negara. Oleh karena perkembangan yang semakin menggembirakan maka sejak 2005 ia tidak ingin sekadar menjadi agen distribusi melainkan hendak berproduksi sendiri.

“Kami melihat hampir semua buyer kami beli kerajinan terbuat dari kerang mutiara, sehingga akhirnya tertarik memuat produksi kerajinan dan tetap menjadi supplier atau distributor semua macam kerajinan terbuat dari kulit kerang sampai sekarang. Akhir  2006 kami akhirnya berkonsentrasi menjadi perajin segala seni kerajinan kulit mutiara. Selain itu kami juga rutin membelikan buyer kami sample-sample barang lain seperti kerajinan yang terbuat dari batu dan kerajinan kayu,” tutur pengusaha kelahiran 1975 itu.

Putu optimis kerajinan kulit kerang mutiara memiliki prospek cerah, tinggal cara menyiasatinya dengan membuat ide-ide desain yang bagus dan inovatif sesuai trend pasar dunia. “Kalau persaingannya kita perlu waspada dengan negara Cina dan Thailand,” ungkapnya jujur. Menurutnya pengusaha dari Cina bisa jual produk lebih murah karena ongkos tukang lebih murah serta memakai mesin canggih yang mampu memproduksi dengan jumlah banyak dengan kecepatan tinggi. Artinya lebih mampu tepat waktu mengerjakan pesanan.

“Tapi kita bisa buat kerajinan yang handmade yang mereka tidak bisa copy dengan mesin seperti ukiran dan lain-lain,” tandasnya. “Nah, kalau Thailand kita kalah masalah desain, mereka lebih pintar dan punya kualitas SDM bagus, tapi keuntungan kita kerang mutiara yang bagus dan jumlahnya banyak terdapat di laut Indonesia,” lanjutnya.

Masalah datang justru pengadaan bahan baku kadang-kadang mengalami hambatan karena hampir semua tambak mutiara di Indonesia sudah menjual kulitnya langsung ke Cina, Korea dan Italia. Akibatnya di samping harga semakin mahal, barang pun sulit diperoleh sebab rata-rata perajin lokal kalah modal dibandingkan pembeli asing. Beruntung Putu berhasil keluar dari belitan masalah tersebut dengan modal pemasaran yang baik. “Saya kira pemasaran kami sudah sangat bagus dari segala aspek cuman kami butuh biaya produksi katalog dan pameran bertahap international,” akunya pula.

Lebih lanjut mantan sales manager terbaik itu juga mengaku berencana akan membuat pabrik besar seperti di Cina agar bisa mengolah sampah kulit kerang mutiara dengan mempekerjakan ribuan orang. Ia sangat yakin apabila pemasaran berjalan seperti sekarang maka dalam kurun waktu 5-10 tahun keinginan itu akan tercapai.

“Saya hanya menunggu penawaran dari buyer-buyer yang sukses. Jika dia membeli banyak atau value yang banyak setiap bulannya maka saya akan ajak buyer kami yang sukses menjual barang itu sebagai mitra. Dengan begitu saya memilliki investor yang secara langsung sebagai marketing handal,” jelasnya. (Wiyono)

Reponsive Ads